Cerita ini karya saya semua...jika jelek mohon dimaklumi...saya baru pemula...yang ingin menjadi penulis terkenal :D

Total Tayangan Halaman

Selasa, 16 November 2010

Drama : Penyesalan

Ini drama karanganku, baru pertama kali buat drama, di baca ya :) 




ADEGAN 1
          Saat bel istirahat berbunyi seluruh murid langsung keluar menuju kantin, tetapi hanya Lina yang tetap tinggal di dalam kelas. Ia terlihat gusar, seperti sedang memikirkan sesuatu yang sulit. Kemudian ia berjalan menuju meja milik Rani dan mulai merogoh-rogoh isi tas Rani.
Lina            : “Akhirnya…” (MEMANDANG DOMPET RANI)
Sementara Lina sibuk mengembalikan posisi barang-barang Rani seperti semula, ternyata Doni melihat apa yang dilakukan Lina
Doni                     : “Astaga! Bagaimana ya ekspresi Rani kalau aku beritahu? Hihihi”        (BERGUMAM DARI DEPAN KELAS)
Kriing… bel usai istirahat berdering, satu persatu murid-murid mulai memasuki kelas.
Rani           : “Eh, Lina kok tadi aku nggak lihat kamu di kantin ya?”
Lina            : “Eh, em… iya tadi aku memang nggak ke kantin kok.”
Rani           : “Loh, tumben, memang kenapa?”
Lina            : “Em…aku males aja.”
Rani           : “Oh, nanti istirahat kedua ikut aku ke kantin ya?”
Belum sempat Lina menjawab, Pak Rudi, guru Bahasa Indonesia kelas 8 sudah dating.
Pak Rudi     : “Anak-anak, sebelum kita memulai pelajaran, bapak punya beberapa pengumuman.”
Doni             : “Apa pengumumannya, Pak?”
Pak Rudi     : “Pertama, karena kita sudah mulai mendekati tes akhir semester, diharap yang belum melunasi tabungan wisata mohon dilunasi.”
Doni             : “Lalu, apa pengumuman yang kedua, Pak?”
Rani             : “Doni, Pak Rudi kan belum selesai bicara.”
Pak Rudi     : “ Kedua, karena sekarang Indonesia sedang dilanda bencana, diharap partisipasi kalian untuk menyumbang para korban bencana.”
Doni             : “Baik, Pak. Lalu sumbangannya diserahkan pada siapa?”
Pak Rudi     : “Sebentar Doni, bapak belum selesai bicara”
Rani & Lina : “Huuu..”
Pak Rudi     : “Karena cuaca hari ini tidak bersahabat…”
Doni             : “Iya, Pak. Itu diluar sedang hujan abu.” (MENUNJUK KELUAR JENDELA)
Lina             : “Doni, diam dong!”
Pak Rudi     : “…maka hari ini kita pulang awal dan sumbangan dan tabungan wisata diserahkan ke kantor Tata Usaha. Selamat siang anak-anak!”
                     (BERJALAN MENINGGALKAN KELAS)
Anak-anak : “Selamat siang, Pak!”
Rani                     : “Untung aja, tadi aku sudah bawa uang untuk bayar tabungan wisata.”  (MEMBUKA TAS)
Lina            : “Oh, kalau aku sudah bayar.”
Rani           : “Eh..eh..loh? Kemana dompetku?”
Lina            : “Ke..kenapa Ran?”
Rani           : “Dompetku hilang, Lin!”
Lina            : “Ah, masa?”
Rina           : “Iya, tuh lihat, nggak ada kan? (MEMPERLIHATKAN ISI TASNYA)
Doni           : “Ha, ha, ha.”
Lina            : “Kok kamu malah ketawa sih?”
Doni           : “Aku tahu kok siapa pencurinya.”
Rani           : “Hah! Kamu tau? Siapa?”
Doni           : “Tuh, di sebelahmu.”
Lina            : “Eh…” (WAJAHNYA MULAI MEMUCAT)
Rani           : “Siapa sih? Disebelahku cuma ada Lina.”
Doni           : “Memang Lina.”
Rani           : “Hah? Doni, kamu nggak boleh sembarangan nuduh gitu dong!”
Doni           : “Oh, kamu perlu bukti?”
Doni berjalan menuju meja Lina, kemudian mencari-cari sesuatu  di dalam tas Lina.
Lina            : “Eh, eh, kamu nga[ain buka-buka tasku?”
Doni           : “Nah, ketemu!” (MENGANGKAT DOMPET RANI)
Lina            : “Eh..”
Rani           : “Loh, Lina, kenapa dompetku bias ada di dalam tasmu?”
Lina            : “Aku juga nggak tau.”
Doni           : “Bohong. Aku lihat tadi waktu jam istirahat Lina tidak ke kantin, tetapi di kelas untuk melaksanakan niat jahatnya, mencuri dompetmu Rani.”
Rani           : “Apa betul Lina?” (DENGAN WAJAH SERIUS)
Lina            : “I..iya..be..betul Rani.” (SEMAKIN PUCAT)
Rani           : “Ya ampun Lina, kamu kok tega sih? Kamu senang kalau aku nggak ikut wisata gara-gara tabungan wisataku nggak lunas?”
Lina            : “Bu..bukan begitu Rani.”
Rani           : “Halah, ternyata selama ini aku salah menilai kamu sebagai seorang sahabat.” (DENGAN WAJAH KECEWA)
Lina            : “Maaf Rani”
Rani           : (MEMBUKA DOMPETNYA) “Hah, kok duitnya ludes sih?”
Lina            : “Maafkan aku Rani, tadi sudah aku gunakan.”
Rani           : “Apa?”
Lina            : “Maaf ya Rani, nanti pasti akan aku ganti kok uangnya, tapi tolong beri kesempatan aku untuk mencicilnya.”
Rani           : “Nggak, pokoknya dalam minggu ini kamu sudah harus mengembalikannya!”
Lina            : “Tapi, Rani..”
Rani           : “Sudah, sudah, ayo Doni kita pulang saja!”
Doni           : “Ayo, kita tinggal aja pencuri licik ini!”
Lina            : “Rani..” (DENGAN WAJAH SEDIH)


ADEGAN 2
          Di rumah Lina, Lina pulang dengan lesu. Ia bingung bagaimana caranya meminta uang yang cukup banyak kepada ayahnya, Pak Pamungkas.
Lina            : “Selamat siang.”
Pak Pamungkas : “Selamat siang, loh kok sudah pulang?”
Lina            : “Iya, tadi memang pulang awal karena cuaca tidak bersahabat.”
Pak Pamungkas : “Oh begitu. Kenapa mukamu lesu begitu?”
Lina            : “Em, tidak papa kok, cuma capek aja.”
Pak Pamungkas : “Pulang awal kok capek? Kalau ayah dulu jalan dari rumah  sampai sekolah 3 km lho! Masa kalah sama orang jaman dulu?”
Lina            : “Kok dibandingkan dengan ayah sih?”
Pak Pamungkas : “Ya sudah, makan dulu sana!”
Lina            : “Nggak ah, Lina mau ke kamar saja.”

ADEGAN 3
        Di kamar, Lina merenungi nasibnya. Ia bingung, ia juga tidak tega bilang pada ayahnya untuk meminta uang mengganti uang Rina yang dicurinya. Tanpa sadar ia berbicara sendiri.
Lina                     : “Uuh, kanapa tadi aku mencuri segala ya? Rina jadi benci sama aku. Kenapa juga si Doni pakai mergoki aku segala? Sial!”
Pak Pamungkas : “Loh, dari tadi ayah dengar ngomong-ngomong sendiri? Dari pada ngomong-ngomong sendiri, lebih baik makan sana!”
Lina            : “Eh, ayah sudah dari tadi ya di situ?”
Pak Pamungkas : “Dari tadi muka kamu lesu kaya gitu, ada apa sih?”
Lina            : “Em, begini. Tadi aku…mencuri uang Rina.”
Pak Pamungkas : “Hah, mencuri?”
Lina            : “Eh, tunggu penjelasanku dulu, yah. Di sekolah tadi disuruh melunasi tabungan wisata, tapi Lina tidak punya uang. Lina tidak enak kalau minta uang ayah.”
Pak Pamungkas : “Aduh, Lina. Kalau butuh uang itu bilang, kan bisa ayah carikan utangan.”
Lina            : “Iya, tapi Lina tidak suka ayah mengutang terus.”
Pak Pamungkas : “Ayah juga tidak suka mengutang, tapi karena itu kan kewajiban ayah untuk membiayai kamu.”
Lina            : “Iya, ayah.”
Pak Pamungkas : “Kamu kan tau utang ayah itu sudah menumpuk, kenapa kamu bikin masalah sih Lina? Ayah jadi tambah pusing.”
Lina            : “Maaf ayah.”
Pak Pamungkas : “Ya sudah, sebagai hukumannya kamu tidak boleh ikut wisata sekolah!” (PERGI MENINGGALKAN LINA)
Lina            : “Loh ayah! Ternyata memang harus aku lakukan sendiri.”

ADEGAN 3
        Pagi harinya Lina tidak terlihat ada di sekolah, melainkan ada di jalan untuk bekerja mencari uang, menjadi penjual koran.Tetapi Edi, teman sekelasnya melihat Lina.
Lina            : “Koran, koran, koran, koran. Korannya Pak?”
Edi              : (MENGHAMPIRI LINA) “Loh Lina, kamu nggak sekolah?”
Lina            : “Eh, em.. nggak, Di.”
Edi              : “Loh, kenapa?”
Lina            : “Aku cari uang dulu deh, Di.” (MENINGGALKAN EDI)
Edi              : “Eh, Lina, kenapa sih?” (SETENGAH BERTERIAK)
Lina            : “Nggak papa kok, sana kamu sekolah aja!” (BERTERIAK PADA EDI)

ADEGAN 4
        Sudah 4 hari Lina tidak masuk sekolah. Rani dan Edi mencadi cemas.
Rani           : “Kemana sih si Lina? Udah 4 hari nggak kelihatan.”
Doni           : “Mungkin mencuri lagi, trus dihukum deh sama orang tuanya.”
Edi              : “Hus, kamu jangan ngomong gitu.”
Rani           : “Iya nih, aku jadi khawatir.”
Doni           : “Ngapain khawatir sama pencuri?”
Edi              : “Doni, nggak boleh ngomong gitu!”
Rani           : “Lina kenapa ya?”
Edi              : “4 hari yang lalu, aku lihat Lina lagi jualan Koran.”
Rani           : “Hah, ngapain dia jualan koran?”
Edi                       : “Kemarin aku tanya ayahnya, katanya memang Lina lagi ada masalah sama temannya. Kayaknya ayahnya Lina nggak tau kalau Lina jualan koran untuk cari uang, ngelunasin utangnya sama kamu.”
Rani           : “Ya ampun, trus sekarang Linanya gimana?”
Edi             : “Katanya, sakit kecapekan.”
Rani           : “Aku jadi merasa bersalah nih.”
Doni           : “Aku juga.”
Rani                     : “Gimana kalau pulang sekolah nanti kita tengok Lina?”
Edi & Doni : “Oke”

ADEGAN 5
          Rani, Edi, dan Doni sampai di rumah Lina. Mereka, terutama Rani dan Doni merasa bersalah kepada Lina.
Rani, Edi, & Doni : “Permisi”
Lina            : “Iya”
Rani           : “Hallo Lina, gimana keadaanmu?”
Lina            : “Eh kalian, aku baik-baik aja kok. Ayo masuk dulu.”
Rina           : “Lina, kami mau…”
Lina            : “Rina, maaf ya. Aku belum bisa mengganti uangmu.”
Rina           : “Kamu nggak usah minta maaf.”
Doni           : “Iya, sebenarnya kami yang salah.”
Lina                     : “Loh, kok pada minta maaf sih? O iya Rin, ini uangnya aku cicil ya?” (MENYODORKAN SEJUMLAH UANG)
Rina           : “Udah deh nggak usah dikembaliin.”
Lina            : “Yah, berarti sia-sia dong aku kerja?”
Rina                     : “Nggak juga.”
Edi             : “Gimana kalau uangnya untuk ngerayain?”
Doni           : “Lebih baik uangnya jangan untuk makan-makan, kita sumbang untuk korban bencana alam saja.”
Edi, Rina & Lina : “Setuju”
Sejak saat itu, mereka berempat menjadi teman yang sangat akrab. Dan mulai saat itu pula mereka saling terbuka serta jujur satu sama lain

Lusia Yotista